Kamu adalah laki-laki paling tampan yang pernah kukagumi.
Bermandikan peluh kau terlusuri jalan berliku dan jauh, kau berpindah
dari satu tempat ketempat lainnya untuk mengajarkan anak bangsa tentang apa
yang kau pahami. Separuh hidupmu kau habiskan dengan mengerahkan isi kepala dan
menggunakannya dengan sangat baik dan bijaksana, kamu mampu mengendalikan dan
meredam amarahmu, kamu juga mengajari banyak keluarga dan teman-temanmu soal
kerja keras juga kesabaran. Apa yang harus orang ragukan tentang semua sifat
baikmu? Tak pernah ada yang menyangkalnya.
Dari setiap potret yang memperlihatkan sosokmu, tidak pernah kulihat
senyuman absen dari wajahmu. Kau begitu ramah pada setiap orang, salah satu hal
yang membuatku semakin mengagumi sosokmu. Terkadang begitu takut bagiku untuk
menebak apa yang sedang kamu pikirkan saat ini. Terlalu takut bagiku untuk
hanya bertanya “Apa kabarmu hari ini?” atau begitu takut bagiku saat ini untuk
berkata “Aku sedang tidak baik-baik saja... apakah kamu tau itu?” kita sama
sama diam menyiman beribu pertanyaan dalam benak dan entah kapan akan kita
keluarkan. Atau mungkin hanya aku yang memendam begitu banyak pertanyaan yang
takut untuk kutanyakan padamu?
Begitu
banyak masa-masa indah yang pernah kita lalui bersama. Apakah kamu ingat itu? Kita
makan bersama, tertawa bersama, berkebun bersama, tapi itu dulu.. dulu sekali. Kamu
mengajariku begitu banyak hal penting tentang arti menghargai. Begitu baiknya
kamu memperlakukan orang-orang yang ada disekitarmu hingga kadang kamu tak
pernah memikirkan keinginanmu juga kepentinganmu. Aku suka itu, tapi kamu lupa
mengajariku sampai batas mana aku harus berbuat baik tanpa memikirkan
keinginanku, hingga seringkali akhirnya aku menderita karena itu.
kamu lupa mengajariku cara berbicara hati ke hati denganmu...
Begitu banyak ungkapan hati yang ingin kusampaikan padamu, atau sekedar
pendapatku tentang jalan atau tindakan yang kamu pilih. Tapi aku tahu, kamu
melakukan semuanya dengan benar dan sesuai dengan kata hatimu. Kamu sangat
mempercayai intuisi dan pendapatmu. Mungkin juga kamu sangat mempercayaiku,
hingga semua pilihanku selalu kuputuskan sendiri saja... akupun percaya, aku
bisa menentukan semuanya berdasarkan intuisi dan keinginanku. Tapi kita tak
sama, intuisiku tak sebagus punyamu, seringkali aku terjatuh. Saat jatuh, aku
tidak takut dengan sesuatu yang disebut "Hancur". Satu-satunya yang
kutakutkan adalah dirimu, dirimu yang ikut hancur atas pilihan-pilihan hidupku
yang salah..
Kamu tetap seperti itu...aku tetap seperti ini, entah sampai kapan...
Walau tak banyak saling bicara, aku tahu kita saling menyayangi...
Walau tak banyak waktu bersama, aku tahu kita saling peduli....
Walau tak saling tahu, aku tahu alam adalah perantara kita untuk saling
bertaut...
Kamu adalah laki-laki yang kusebut Ayah selama 21 tahun aku bernafas di
dunia ini. Tidak pernah ada kata menyesal dalam hidupku telah dilahirkan
menjadi anak perempuanmu. Begitu banyak hal ingin kutiru darimu... semuanya
membutuhkan proses yang panjang bagiku untuk bisa menjadi sepertimu. Suatu
saat, aku akan mengikuti jejakmu... bercerita kepada alam tentang semuanya
tentang hidupku tentang kekagumanku padamu tentang begitu aku sangat mencintai
hidup ini... tentang rasa sakitku dan tentang bagaimana caraku untuk
menghadapinya. Mungkin dengan cara itu kita bisa saling bercerita, mungkin
dengan cara itu alam akan berbicara menjadi perantara aku dan ayah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar