Kata orang. Kata si Anu. Kata temen gw. Kata sahabat gw. Kata
pacar gw. kata si itu. kata si ini.
Terkadang kita terlalu banyak mendengar kata orang, padahal
hakikinya kita ga akan pernah menemukan solusi dari kata orang tadi. Oke kalau
orang tadi merekomendasikan sebuah solusi, tapi yang nanti bakal menerima
efeknya, yang bakal ngerasain akibatnya ya kita yang menjalankan ini.
Contoh : si Mawar
harus mengikuti pelatihan assesor yang berpengaruh terhadap jenjang karirnya,
dilain sisi Mawar juga harus mengikuti acara pernikahan abang sepupunya. Ditengah
kegalauannya pasti muncul yang namanya ‘kata orang’. Perkataan dari orang lain
bisa macem-macem, misalnya ada yang bilang “kalau niat peduli sama sepupunya sih
pasti dateng ke acara nikahan dong, pelatihan kan bisa ditolak”. Yang ngomong
gini gatau posisi si Mawar dimana, dia cuma menempatkan posisi Mawar di
posisinya yang kalau dia jadi mawar maka dia akan lebih memilih menghadiri
acara pernikahan dari pada pelatihan, karena menurut dia pernikahan Cuma sekali
seumur hidup dan pelatihan itu tidak penting buat karirnya toh anaknya hanya
satu dan masih sekolah dasar pula. Si pelaku tidak pernah tau posisi si Mawar
yang mungkin bagi Mawar pelatihan itu sangat penting agar karirnya bisa
meningkat. Hal ini dilandasi kebutuhan memenuhi biaya akademik ketiga anaknya
yang kesemuanya menduduki bangku perkuliahan. Biaya kuliah kan gede, anaknya
tiga pula, yang lebih parah mungkin aja Mawar seorang single parent ditinggal
mati suaminya. Pelaku ga pernah tau, kita ga pernah ngerti, hanya Mawar dan
Allah yang tau.
kasus lain : seorang ayah dan anak laki-lakinya berjalan
dari kampung Baso ke kampung Kapau dengan seekor keledai. Si anak duduk di atas
keledai sementara ayahnya berjalan kaki sambil menuntun keledai. Ditengah jalan
terdengar ‘kata orang’, “lihat anak durhaka itu, dia enak-enakan diatas keledai
sementara ayahnya berjalan kaki”. Akibat terlalu mendengarkan kata orang si
ayah menyuruh anaknya turun dan sang ayah naik ke atas keledai, tak beberapa lama
kemudian terdengar lagi ‘kata orang’, “dasar ayah tidak tau diri, tega sekali
dia membiarkan anaknya berjalan kaki sementara ia diatas keledai”. Sang ayah
masih mendengarkan pandangan sekilas dari orang-orang yang baru saja melihat
mereka, maka sang ayah menyuruh anaknya naik ke atas keledai bersama-sama. Tapi
tetap saja terdengar kata orang “bagaimana bisa seekor keledai kecil menopang 2
orang sekaligus, mereka orang yang kejam”. Lalu sang ayah mengajak anaknya
berjalan kaki bersama-sama sementara keledai mereka tuntun, yang namanya ‘kata
orang’ ga habis sampai disitu. Tetap saja terdengar kata orang “dasar
orang-orang bodoh, mereka membawa keledai tetapi tidak mereka manfaatkan”. Arrrrgghhhhh!
Apa sih maunya ‘kata orang’?? kita ga akan pernah menemukan solusi jika terlalu
mendengarkan kata orang. Yang tau masalah kita ya kita sendiri, yang ngerasain
ya kita sendiri, yang nanggung konsekuensinya juga kita sendiri. Bisa aja kan
ketika melihat sang anak menaiki keledai, mungkin karena kaki anaknya sedang
sakit sehingga tidak sanggup berjalan, bisa jadi ayahnya memang sedang dalam
program olahraga. Who knows?
Buat lo yang sedang dalam masalah, boleh sih minta pendapat
orang lain tapi cuma sebagai brain stroming buat bahan pertimbangan, ga lebih. Jangan
terlalu larut dengan kata orang. Namanya orang itu banyak, sudut pandangnya
banyak, presepsinya beda-beda, kalimatnya juga beda-beda, bikin pusing. Mending
nentuin prioritas sendiri, karena yang tau diri kita itu ya kita sendiri.
Buat si orang-orang yang suka berkata tadi, coba deh tolong
kurangi ya. Senjata yang paling tajam itu lidah. Bisa aja suatu hari lidah lo
sendiri yang bakal membunuh lo. Benahi diri sendiri dulu, gausah terlalu
menilai orang lain. Percayalah mereka melakukan itu karena mereka punya alasan,
dan mungkin aja lo gatau alasannya apa. Pahamilah
bahwa “kita tidak bisa menempatkan orang
lain dalam posisi kita”. Sekian :)