Senin, 05 November 2012

Kata Orang


Kata orang. Kata si Anu. Kata temen gw. Kata sahabat gw. Kata pacar gw. kata si itu. kata si ini.

Terkadang kita terlalu banyak mendengar kata orang, padahal hakikinya kita ga akan pernah menemukan solusi dari kata orang tadi. Oke kalau orang tadi merekomendasikan sebuah solusi, tapi yang nanti bakal menerima efeknya, yang bakal ngerasain akibatnya ya kita yang menjalankan ini.

Contoh :  si Mawar harus mengikuti pelatihan assesor yang berpengaruh terhadap jenjang karirnya, dilain sisi Mawar juga harus mengikuti acara pernikahan abang sepupunya. Ditengah kegalauannya pasti muncul yang namanya ‘kata orang’. Perkataan dari orang lain bisa macem-macem, misalnya ada yang bilang “kalau niat peduli sama sepupunya sih pasti dateng ke acara nikahan dong, pelatihan kan bisa ditolak”. Yang ngomong gini gatau posisi si Mawar dimana, dia cuma menempatkan posisi Mawar di posisinya yang kalau dia jadi mawar maka dia akan lebih memilih menghadiri acara pernikahan dari pada pelatihan, karena menurut dia pernikahan Cuma sekali seumur hidup dan pelatihan itu tidak penting buat karirnya toh anaknya hanya satu dan masih sekolah dasar pula. Si pelaku tidak pernah tau posisi si Mawar yang mungkin bagi Mawar pelatihan itu sangat penting agar karirnya bisa meningkat. Hal ini dilandasi kebutuhan memenuhi biaya akademik ketiga anaknya yang kesemuanya menduduki bangku perkuliahan. Biaya kuliah kan gede, anaknya tiga pula, yang lebih parah mungkin aja Mawar seorang single parent ditinggal mati suaminya. Pelaku ga pernah tau, kita ga pernah ngerti, hanya Mawar dan Allah yang tau.

kasus lain : seorang ayah dan anak laki-lakinya berjalan dari kampung Baso ke kampung Kapau dengan seekor keledai. Si anak duduk di atas keledai sementara ayahnya berjalan kaki sambil menuntun keledai. Ditengah jalan terdengar ‘kata orang’, “lihat anak durhaka itu, dia enak-enakan diatas keledai sementara ayahnya berjalan kaki”. Akibat terlalu mendengarkan kata orang si ayah menyuruh anaknya turun dan sang ayah naik ke atas keledai, tak beberapa lama kemudian terdengar lagi ‘kata orang’, “dasar ayah tidak tau diri, tega sekali dia membiarkan anaknya berjalan kaki sementara ia diatas keledai”. Sang ayah masih mendengarkan pandangan sekilas dari orang-orang yang baru saja melihat mereka, maka sang ayah menyuruh anaknya naik ke atas keledai bersama-sama. Tapi tetap saja terdengar kata orang “bagaimana bisa seekor keledai kecil menopang 2 orang sekaligus, mereka orang yang kejam”. Lalu sang ayah mengajak anaknya berjalan kaki bersama-sama sementara keledai mereka tuntun, yang namanya ‘kata orang’ ga habis sampai disitu. Tetap saja terdengar kata orang “dasar orang-orang bodoh, mereka membawa keledai tetapi tidak mereka manfaatkan”. Arrrrgghhhhh! Apa sih maunya ‘kata orang’?? kita ga akan pernah menemukan solusi jika terlalu mendengarkan kata orang. Yang tau masalah kita ya kita sendiri, yang ngerasain ya kita sendiri, yang nanggung konsekuensinya juga kita sendiri. Bisa aja kan ketika melihat sang anak menaiki keledai, mungkin karena kaki anaknya sedang sakit sehingga tidak sanggup berjalan, bisa jadi ayahnya memang sedang dalam program olahraga. Who knows?

Buat lo yang sedang dalam masalah, boleh sih minta pendapat orang lain tapi cuma sebagai brain stroming buat bahan pertimbangan, ga lebih. Jangan terlalu larut dengan kata orang. Namanya orang itu banyak, sudut pandangnya banyak, presepsinya beda-beda, kalimatnya juga beda-beda, bikin pusing. Mending nentuin prioritas sendiri, karena yang tau diri kita itu ya kita sendiri.

Buat si orang-orang yang suka berkata tadi, coba deh tolong kurangi ya. Senjata yang paling tajam itu lidah. Bisa aja suatu hari lidah lo sendiri yang bakal membunuh lo. Benahi diri sendiri dulu, gausah terlalu menilai orang lain. Percayalah mereka melakukan itu karena mereka punya alasan, dan mungkin aja lo gatau alasannya apa. Pahamilah bahwa “kita tidak bisa menempatkan orang lain dalam posisi kita”. Sekian :)

Sabtu, 03 November 2012

Memantaskan diri untuk pantas menerima


Gw pengen punya banyak duit.
Gw pengen punya pacar ganteng.
Gw pengen punya suami yang dapat menuntun gw kejalan Allah.
Gw pengen dihormati.
Gw pengen dihargai.
Gw pengen disayang semua orang.

Semua keinginan lo bakal Allah kasih kalo lo memang udah pantes mendapatkannya. Kadang Allah gamau memberi sesuatu yang bukan rezeki lo, ingat rezeki ga bakal ketuker. Kalo memang keinginan lo itu adalah rezeki lo dan lo udah pantes buat ngedapetinnya, Allah ga bakal menunggu lagi, Allah pasti langsung kasih apa yang lo pengen saat itu juga.

Inget kata kuncinya, Cuma kalo lu udah pantes!.

Karena itu perlu usaha memantaskan diri. Pengen dihormati? Hormaati dulu orang lain sebagaimana lo pengen dihormati maka lo bakalan jadi orang yang pantes dihormati. Pengen disayangi? lo harus menunjukan rasa sayang lo terlebih dahulu barulah kemudian timbul kasih sayang timbal balik. Pengen punya banyak duit? Pengen kaya? Lo harus jadi orang yang pekerja keras, karena gelar ‘orang kaya’ cuma pantes untuk orang-orang yang bekerja keras. Mana ada judulnya ‘si pemalas yang kaya’ dalam dunia nyata, itu cuma ada di dongeng cerita anak-anak yang menyesatkan. Hahahahaa

Paling sulit adalah pengen punya suami yang dapat menuntun kita kejalan Allah. Gimana caranya memantaskan diri untuk suami seperti itu?. sejujurnya gw juga belum merasa pantas sih untuk tipe suami seperti itu. tapi pemikiran simple-nya : kalo lo mau dapet suami yang sholeh, maka lo harus jadi wanita yang sholeha dulu. Banyak cara untuk memantaskan diri, mulai dari tutup aurat dulu, laki-laki akan lebih segan, lebih menghormati, lebih menghargai wanita berkerudung. Intinya wanita berkerudung itu mempunyai derajat lebih tinggi dimata pria muslim. Tapi wanita kerudung seperti apa? Wanita yang berkerudung Lillahi Ta’ala, bukan kerudung pacot alias kerudung pasang-copot. Hahahaa. Kemudian menjaga sholat wajib, kalo udah kerudungan masa iya kita sholatnya masih bolong-bolong, malu dong sama kerudung. Hehe. Bagi yang udah level atas nih biasanya jaga kesopanan berpakaian (untuk kriteria dan batasan pakaian yang sopan setiap orang mempunyai indikator masing-masing sesuai dengan kepercayaan yang dianut). Dan cara-cara selanjutnya yang semakin mendekatkan diri pada Allah, sehingga kita pantes dapet suami yang sholeh yang menuntun kita kejalan Allah. Semakin kita mencoba memantaskan diri maka tanpa disadari ternyata kita telah di tuntun untuk semakin dekat dengan Allah. Subhanallah :)

Barang yang terlalu disayang biasanya hilang


Sering kehilangan barang padahal udah sayang bgt sama barangnya?. Sering kedapetan baju kesayangannya luntur padahal baru sekali atau dua kali pake?. Pernah anak anjing kesayangannya mati kelindes mobil atau kabur entah kemana?. Wajar. Lumrah. Semua orang pernah ngalamin.

Barang yang terlalu disayang biasanya hilang. ga ada pembuktian ilmiah untuk teori satu ini sih, tapi yakinlah ini berdasarkan pengalaman semua orang.

Sebenernya ada hikmah dari pengalaman semua orang ini, cuma terkadang korbannya lengah dan mengulang kesalahan yang sama, semakin sering sayang sama sesuatu semakin sering pula rasa kehilangan timbul. Thats the point! Merasa kehilangan!. Kalo kita ga sayang-sayang banget sama sesuatu itu maka kita ga perlu khawatir sesuatu itu kenapa-napa, kita ga perlu terus-terusan memperhatikan sesuatu itu, dan yang paling penting kita ga perlu sakit hati saat sesuatu itu akhirnya harus hilang atau rusak. Kita harus belajar mencintai dengan secukupnya, menyayangi dengan wajar. Sehingga ketika kita kehilangan sesuatu itu, kita sakit dengan sewajarnya. Sedia payung sebelum hujan, kuatkan hati sebelum sakit, karena di dunia ini ga ada yang abadi jadi kita harus siap-siap kalau suatu saat kita merasa kehilangan.

Contoh kasus paling lazim adalah ketika pacaran: Seorang wanita bunuh diri karena diputusin pacarnya. Sepasang insan bunuh diri dengan meminum racun bersama karena hubungannya tidak direstui orang tua.

Oh my God! Sepertinya mereka ga pernah belajar mencintai dengan sederhana. Coba kalo mereka ga terlalu sayang sama pacarnya, pasti mereka ga perlu merasa sesakit itu ketika kehilangan pacarnya. Mencintai dengan sederhana adalah mencintai secara cukup, ga kurang, ga pula berlebihan, kadarnya pas. Kenapa? Karena pacar itu ga abadi, jiwa manusia itu ga abadi, buatan manusia itu ga ada yang abadi, hewan ga abadi, yang abadi itu Cuma satu yaitu Tuhan YME. Cinta yang sempurna Cuma pantas untuk Allah, sisanya cukup mencintai dengan sederhana. Lovelove :)