Minggu, 07 Desember 2014

CINTADOMETER

Lelah menjadi pegawai membuat gue berpikiran “setelah menjalani hari minggu dengan tidur panjang, membuat hari senin menjadi terasa agak berat”. Selingan mengatasi jenuh, gue bbman dengan salah seorang sahabat.

R : hujan di Bandung, just memories...
D: keingetan mantan?
R: tapi bener sih kali ini gue jujur jadi takut memulai sesuatu yang baru
D: apa tuh namanya? Trauma?
R: I dont know. Hahahaa

Tawa tadi hanya kamuflase bahwa sejatinya doi rapuh, buat doi mencintai seseorang yang baru tidak akan pernah bisa sama dengan cintanya dulu. Tapi buat gue itu alami, karena ternyata cinta ga pernah bisa ditakar. Tidak seperti kandungan Tar atau Nikotin dalam rokok lo, cinta tidak bisa lo kaliin dua atau tiga. Cinta tidak punya standar interval yang bisa jadi indikator cinta lo dalem atau sekedarnya.

Perkara lo ga berani memulai sesuatu yang baru bukan karena cinta lo yang begitu dalam atau mantan lo yang begitu hebat. Sebaliknya, saat lo terpuruk melihat mantan lo dengan sebelah kaki mampu perpindah kelain hati, gue jamin bukan karena cintanya sedikit atau pacar barunya lebih hebat daripada lo. Pacar baru doi dokter, cantik dan anak pejabat bukan indikasi dia lebih hebat dari pada lo. Satu hal yang gue pahami, saat Marquez berhasil menikung Rossi di Misano World bukan berarti Marquez lebih hebat, karena ternyata di Philip Island, Rossi berhasil mengalahkan Marquez. Itulah sebabnya postingan temen gue yang bertuliskan “DIBALIK MOVE ON YANG LAMBAT, TERDAPAT MANTAN YANG HEBAT DAN DIBALIK MOVE ON YANG CEPAT, TERDAPAT ORANG LAIN YANG LEBIH HEBAT” menjadi kalimat yang lucu.

Ani: gimana lo sama pacar lo?
Sinta: gue pernah mencinta lebih baik dari pada ini.
Ani: lalu?
Sinta: dia mampu mempertahankan gue.

Terkesan jahat? Mungkin iya. Tapi tidak buruk. Bukan berarti Sinta mempermainkan pasangannya, bukan berarti doi Cuma memanfaatkan pasangannya. Karena ternyata cinta bukan satu-satunya alasan menjalin hubungan. Bisa jadi ‘kemampuan mempertahankan pasangan’ menjadi sebuah alasan berpacaran. Anggap saja cinta adalah suatu alasan berpacaran, maka sekalipun muncul sejuta alasan lain untuk putus semisalnya selingkuh, tertangkap polisi, mendadak miskin, atau alasan-alasan lain yang tak terhingga, hubungan lo tetep aman. Gue gabegitu jago dalam  matematika, tapi yang gue tau: 1/∞=0, satu (cinta) dibagi tak hingga (alasan putus) sama dengan NOL. Satu-satunya alasan lo putus adalah saat lo berhenti mencintai. Kemudian perkara alasan kemampuan mempertahankan tadi, munurut gue peluangnya sama: 1/∞=0, satu (kemampuan mempertahankan) dibagi tak hingga (alasan putus) sama dengan NOL. Satu satunya kemungkinan lo putus adalah saat pasangan lo berhenti mempertahankan. Berpacaran cuma persoalan antara lo atau pasangan lo, persoalan antara mencintai atau dipertahankan. Itulah sebabnya keputusan Sinta tadi dianggap sah-sah aja.

GOODLUCK! :)

Sabtu, 08 November 2014

Tired of being tired

Lagi lagi matahari senja memberikan warna, lagi lagi ia bekerjasama dengan angin memberikan renungan. Ditemani sepiring pempek Palembang di balkon rumah gue menapap ke arah rumput yang bergoyang seolah olah sedang menari. Mungkin memang inilah yang mereka inginkan, kemudian memandangi langit yang terus bergerak berkawanan mengikuti tempo. Mungkin inilah yang mereka inginkan. Gue pun mulai dijamahi angin yang bergerak searah seolah sedang berlomba. Mungkin inilah yang mereka inginkan. Lihatlah rumput, langit dan angin, membuktikan bahwa alam semesta melakukan apa yang seharusnya. Tak peduli di tebang berapa kalipun rumput selalu tumbuh, tidak peduli sebanyak apa bangunan yang merintangi, angin selalu bertiup, tidak peduli berapa kali pun badai datang, langit selalu disana dengan warnanya. Memang begitulah seharusnya, begitulah yang mereka inginkan. Alam semesta mengajarkan gue menjadi diri sendiri. Rumput tidak pernah berusaha menjadi angin, angin tidak pernah berusaha menjadi langit, dan langit tidak pernah mencoba tumbuh dari tanah.

Sebagai manusia, kadang kita gatau apa yang harus kita lakukan, kita gatau apa yang kita inginkan. Melakukan ini, tidak cocok. Melakukan itu, tidak cocok. Terlalu banyak waktu yang terbuang. Terlalu beresiko. Titik puncak dari kodrat lo sebagai manusia adalah saat lo tau apa yang lo inginkan, apa yang lo butuhin, dan lo berusaha untuk itu. Mungkin lo sering ngeluh capek karena lo melakukan sesuatu yang bukan lo inginkan. Lo capek karena lo jadi orang lain. Semisalnya gue, entah kenapa ajakan teman buat nongkrong dimalam minggu tidak lagi menarik, karena ternyata hura hura bukan lagi hal yang gue inginkan. Karena ternyata gue gatau apa yang gue inginkan. Biasanya memasak dirumah adalah hal yang menarik, kemudian belakangan gue lebih sering beli. Ketika membeli makanan diluar tidak lagi menarik dan memasak tidak lagi menggairahkan, gue gatau apa yang gue inginkan. Hal simple, tapi menunjukan gue kehilangan arah, kalo boleh mendramatisir, gue terjebak pada rutinitas tanpa arah. Segala yang gue lakuin merupakan kegiatan yang sama secara terus menerus tanpa ketertarikan. Saat bekerja tidak lagi menarik, saat hasrat ingin melanjutkan kuliah tidak lagi membara, dan saat kemampuan mencinta tidak lagi ada.

Dari semua tulisan gue diatas, intinyaa GUE BUTUH LIBURAN!

Rabu, 01 Oktober 2014

Tanpa Judul

Tanpa terganggu oleh hiruk pikuk rumah sakit, gue tetap menikmati santai sore sambil memandangi pohon akasia diluar jendela. Yap, ini akan menjadi malam ke empat gue diopname. Tubuh gue diminta istirahat, tp otak gue entah kenapa ga pernah bs berhenti bekerja. Untuk anak yg ga bisa diem kayak gue, kondisi kayak gini ga menghalangi gue buat memproduksi sesuatu, yang paling ringan ya nulis.

Entah krn lg ga ada kerjaan terkait status gue skrg adalah pasien, entah krn iseng akibat bosan dg jarum infus, atau entah krn emg sudah waktunya mengingat usia gue yg mulai beranjak ibu-ibu, menikah menjadi topik yang mulai menarik untuk gue bahas.

Gue roll back perjalanan gue di dunia perpacaran, mulai dr SD dimana gue bermimpi punya suami sekuat tokoh kartun Popeye yang cuma makan bayam semua masalah terselesaikan, kemudian saat gue beranjak SMP, pemikirin gue pun berubah, gue pengen punya suami sekeren Benji Madden dengan tattoo dan otot dimana-mana, lanjut ketika beranjak SMA pemikiran gue jadi lebih sederhana, bukan lagi perkara ingin suami yang notabennya adalah tokoh animasi atau penyanyi papan atas di seberang benua. Ketika SMA, gue pengen bersuamikan temen gue yg paling ganteng dan populer sesekolahan, yang ga malu maluin kalo gue bawa kemana-mana. Setelah gue menginjak bangku kuliah, pertimbangan gue semakin simple, bukan lagi perkara pengen punya suami kuat, suami keren atau suami ganteng. Karena ternyata ketika suami gue nanti udh tua dan udah ga kuat lagi, udah ga keren lagi atau yg lebih parahnya udah ga ganteng lagi, apa mungkin gue masih sayang sama suami gue?. Dibangku kuliah gue berpikiran kalau suami gue kelak adalah lelaki yang gue sayang tanpa syarat, lelaki yang gue sayang dengan tulus tanpa alasan, ga peduli apapun yang terjadi sama suami gue nanti, sayang gue ga berkurang, karena gue sayang tanpa alasan, maka perhitungannya pun jadi ga ada alasan buat ga sayang lagi sama dia.

Sayangnya sekarang gue udah lulus kuliah, bukan status mahasiswi lagi. Pemikiran gue pun berubah jauh lebih realistis, ternyata menikah bukan perkara keinginan belaka. Bukan masalah rasa sayang tanpa alasan tadi. Bukan sesimple lo cinta kemudian lo menikah. Lo ga akan pernah menemukan celah buat menikah selama lo mempertimbangkan banyak hal. Semakin banyak pertimbangan lo, semakin banyak alasan yg lo temui untuk menunda menikah. Gue mulai paham kenapa dalam 5 perkara sunah Rasul dalam menikah tidak menyebutkan perasaan, karena ternyata yang namanya cinta bukan hal yang patut diperhitungkan di hadapan Tuhan. Menikahlah karena ibadah, menikahlah untuk menaikan martabat lo sebagai manusia. 

Minggu, 08 Juni 2014

Untuk Lelaki dalam Impian

Bukan tentang dingin
Tapi tentang hujan
Aku selalu bahagia saat hujan turun
Karena hujan pernah menahanmu disini
Untuk ku

Bukan tentang kantuk
Tapi tentang mimpi
Aku selalu bahagia saat bermimpi
Karena aku dapat bertemu denganmu

Hey kamu lelaki dalam impiku!
5 tahun bukan waktu yang sedikit
Untuk kumenunggu tanpa mengganggu
Hey kamu lelaki dalam impiku!
Aku cinta kamu
Dulu, sekarang dan nanti..

Rabu, 05 Maret 2014

gimana cewek keras kepala kayak gue bicara tentang ikhlas?

Seseorang meminta gue buat googling "bagaimana cara agar tidak kepo terhadap mantan", kemudian gue menemukan kalimat yang menarik yaitu "jangan berusaha melupakannya tapi relakanlah dia". Mungkin maksud dari merelakan adalah mengikhlaskan, tanpa pikir panjang gue pun googling kata kunci "ikhlas" dan gue menarik kesimpulan bahwa ikhlas itu adalah intisari dari iman, dimana lo menjadikan segala yang lo lakuin murni karena Allah. Masih belum puas, gue kemudian membuka Al Quran ayat 112 dimana surat ini bernama Al Ikhlas tapi tidak ada satu pun kata ikhlas dalam ayat-ayatnya. Semacam Allah ingin menggambarkan bahwa ikhlas itu murni karena Allah dan menyerahkan segalanya kembali pada Allah, termasuk jalan hidup lo yang belakangan mulai berantakan.

Tahun ini umur gue akan menginjak angka 23, bukan usia yang muda lagi, bukan usia remaja lagi dan ga bisa disebut sebagai pemuda-pemudi lagi. Di usia gue yang 23 ini ada sedikit perubahan, gue keras kepala, susah diatur, gamau kalah, pokoknya semua sifat jelek bertumpukan di hidup gue. Umur bertambah, pengalaman pun bertambah. Terpujilah orang yang pertama menyatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga, karena itu bener. Orang keras kepala kayak gue butuh lebih dari sekedar omelan, butuh lebih dari sekedar nasehat, butuh lebih dari sekedar bacaan, butuh lebih dari sekedar pengalaman orang untuk buat gue akhirnya bilang "oke gue paham". Gue pada akhirnya sadar ternyata yang dia bilang bener dan ternyata gue salah, ketika pengalaman itu gue alami sendiri. Akhirnya gue paham ikhlas itu adalah ketika lo melakukan sesuatu dengan tulus karena Allah swt tanpa mengharapkan pamrih apapun. Cinta adalah hal yang paling ikhlas yang pernah gue alami.

Cinta bukan sekedar "kita balikan yuk" atau "kamu jangan pacaran sama orang lain ya", tapi cinta adalah keikhlasan. Ga peduli dia mau pacaran sama siapa, ga peduli dia genit sama siapa, ga peduli dia ngajak siapa buat nonton Java Jazz. Gue ga bakal benci sama dia ketika dia ngajak cewek lain keluar kota, gue ga bisa marah-marah ketika statusnya dikomen cewek lain, gue ga bakal ngamuk ketika dia ga ngabarin hari seminarnya untuk sekedar berbagi kebahagiaan sama gue dan gue ga bakal banting hp ketika dia memilih cewek lain untuk hadir di seminarnya.

Cinta bukan bunuh diri karena dia putus sama gue, cinta bukan hal yang harus jadi beban ketika gue ga bisa hidup sama dia. Cinta bukan hal yang memberatkan, bukan hal yang bisa gue jadiin alasan buat mengakhiri hidup, bukan kambing hitam dari semua kesedihan yang gue alami. Cinta adalah hal paling ikhlas yang pernah gue lakuin.

Cinta bukan sekedar status. Buat gue, pacaran atau engga, disakitin atau disayang sama dia, perasaan gue ga berubah. Cinta bukan loncat dari gedung ketika sebagai perempuan gue merasa harga diri gue menyentuh tanah, cinta bukan marah ketika dia minta gue berhenti merhatiin dia, cinta bukan nangis guling-guling ketika dia bilang muak sama gue. Cinta bukan nunjukin perasaan lo dengan cara memusuhi semua cewek yang dia deketin, bukan jadi nangis jejeritan ketika dia pergi liburan dengan cewek lain. Gue suka, sayang, cinta sama orang itu, ga peduli apapun yang dia lakuin, sederhana.

Cinta bukan berusaha sebaik mungkin biar dia menyadari keberadaan gue, bukan berusaha tampil cantik supaya dia tertarik lagi sama gue. Cinta bukan nunjukin kelemahan gue buat narik perhatian dia, tapi berusaha jadi kuat di semua situasi dan bisa diandalkan ketika gue harus dukung dia.

Cinta bukan ga makan ga minum dan terus-terusan nangisin dia sampe lupa ibadah, tapi ibadah dan selalu berdoa yang terbaik buat dia. Bukan marah-marah pada Sang Pencipta mempertanyakan kenapa dia dengan mudah lupain gue, tapi banyak-banyak ibadah berdoa supaya dia dipermudah jalannya.

Cinta bukan selalu ngeluh di depan dia dan belaga lemah, bukan nangis ketika liat dia deket sama cewek lain, tapi bersyukur karena sebentar lagi dia bakalan bahagia. Cinta bukan sedih liat dia bahagia sama orang lain. Cinta bukan berpikiran kalo gue yang paling bisa bahagiain dia, tapi berpikiran semoga dia mendapat siapapun yang bisa bikin dia bahagia, yang bisa membuat dia bertahan hingga akhir dan yang terbaik menurut Sang Pencipta.

Cinta menurut gue adalah hal yang ga pake pertimbangan, gue bakal lakuin apapun yang bisa gue bantu tanpa mengharapkan dia bakalan bales bantuan gue atau engga, tanpa berpikiran bahwa mungkin dengan bantuan gue ini bisa memperbaiki hubungan gue sama dia.

Cinta adalah anugrah dari Allah supaya gue bisa belajar gimana caranya tulus, supaya gue belajar gimana caranya mengatasi keras kepala, gimana caranya supaya gue memahami dan menghargai orang lain.

Ya laki-laki itu yang gue sayang, laki-laki itu yang gandeng perempuan lain, dia yang gue sayang, laki-laki itu yang tiap malam whatsapp-an sama cewek lain itu yang gue sayang, ya laki-laki yang lagi asik-asiknya dengan kehidupannya yang luar biasa itu yang gue sayang, gue ga ada masalah dengan semua hal itu.

Ikhlas itu ketika meskipun tiap hari nama dia yang lo sebut dalam doa lo, meskipun lo rela melakukan apa aja demi dia, namun pada akhirnya semua yang lo lakuin ga akan ada artinya ketika dia ga sesuka itu sama lo. Dia yang selalu lo mimpiin tiap malem, yang selalu lo tunggu ternyata ga sepeduli itu sama lo. Saat lo menyadari itu semua, lo merasa ga ada masalah dengan itu.

"suka adalah hal yang menuntut. Sayang adalah memberi dan menerima. Cinta adalah hal yang memberi dengan rela" -adc-

Rabu, 26 Februari 2014

hey petualang!

By: @dhilaananda


Teruslah seperti itu
Teruslah mencari pelarian
Kelak kau lelah berlari, yang kau butuhkan hanya kembali
Saat kebahagian mulai sulit ditemukan, maka kembalilah

Hey petualang,
Bukan aku yang pergi melainkan kau
Aku masih disini
Mengamati sesosok punggung
Berharap punggung itu menoleh kebelakang

Bukan aku yang tak bisa beranjak
Aku hanya tak ingin kau lupa
Jika kau pernah tinggal disini
Disampingku
Jika suatu hari kau menemukanku
telah pergi
Pastikanlah karena
aku telah lelah menunggu
Maafkan aku saat itu tiba
Semoga kau menemukan tempat
yang lebih baik
Tempat kau meletakan hatimu
Selamanya

Senin, 10 Februari 2014

manusia sotau yang berbicara tentang jodoh

Tidak ingin melewatkan inspirasi yang tiba-tiba muncul di otak gue dan keinginan untuk mengabadikan perkataan super seorang soheb, gue berinisiatif untuk segera nulis di smartphone. Seadanya tapi lumayan.

Beberapa malam yang lalu soheb gue bercerita tentang 'move on'. Menurut gue topik move on ini menarik, karena move on merupakan sifat dasar manusia dari jaman megalitikus yang hidup nomaden, bahkan nabi Muhammad saw juga hijrah dari Mekah ke Maddinah. Sebagai manusia, maka gue pun tertarik mendengarkan perkataan super soheb gue dengan seksama dan mencoba mencerna dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

"Allah sengaja ngasih lo ketemu sama dia dan Allah sengaja ngasih lo rasa sayang ke dia, kemudian Allah sengaja bikin lo putus, bukan berarti Allah cuma iseng mainin hati lo. Allah pasti punya rencana lain, pasti Allah berencana ngasih yang lebih baik buat lo. Allah udah janji bahwa orang baik bakal dapet jodoh yang baik pula. Manusia bisa ingkar janji, tapi Allah gamungkin ingkari janjiNya. Sekarang lo ga perlu ngerti kenapa Allah ngasih lo jalan hidup kayak gini, tapi suatu hari nanti lo akan nemu jawaban kenapa lo pernah ketemu dia, kenapa lo pacaran dengan dia dan kenapa lo putus sama dia. Bisa jadi jodoh lo ternyata temennya mantan lo sendiri, kalau lo ga dikenalin dengan mantan lo, gamungkin lo ketemu jodoh lo. Jodoh itu datengnya dengan cara yang berbeda dan itu nyata".

Gue resapi selaksa paragraph yang diucapkan soheb gue di atas. Bersama dengan kesotauan gue yang maksimal, gue menarik kesimpulan bahwa move on itu artinya berpindah. Kenapa manusia purba hidup berpindah-pindah? Kata guru SMP gue untuk memperoleh habitat yang lebih baik, karena di lingkungannya yang lama sudah tidak baik lagi, mungkin dari segi sumber daya alam yang kurang atau ancaman binatang buas. Intinya mereka berpindah karena kondisi yang lama sudah ga baik lagi. Mereka berpindah untuk mencari yang lebih baik.

Lo pacaran dengan dia bisa jadi awalnya baik, kemudian seiring waktu kalian berdua merasa ga nyaman, karena itu lo harus berpindah. Bukan salah lo, bukan juga salah dia. Tapi kondisi yang memaksa kalian untuk terus berpindah sampe akhirnya kalian nemu yang terbaik yang membuat kalian ga perlu berpindah lagi. Menurut gue, alasan kenapa Allah ngasih lo pacaran sama dia kemudian putus itu ada 2:
1. Dia bukan jodoh lo, Allah udah punya rencana lain di luar sana. Persis seperti paragraph yang diucapkan soheb gue.
2. Memang jalannya. Allah pengen lo belajar, Allah pengen lo melewati fase perpisahan dulu untuk jadi lebih baik. Mungkin biar lo belajar menghargai orang lain, belajar mandiri atau belajar ikhlas. Kalau pun lo balik sama dia, itu pasti setelah lo berhasil belajar dari jalan hidup yang dikasih Tuhan.

Yang namanya berpindah itu artinya harus ada yang berubah. Lo ga bisa merubah keadaan, tapi lo bisa merubah diri sendiri. Banyak cara yang dilakukan orang-orang untuk berubah, ada yang lebih sering ikut kejuaraan basket, lebih mendekatkan diri pada sang Maha Pencipta, lebih fokus skripsi, dan sebagainya yang pasti arah perubahan itu adalah positif. Kata anak kekinian mah "memantaskan diri".

Kalau lu udh jadi lebih baik, kemungkinannya juga 2: Allah memberikan lo yang lebih baik pula atau Allah mengembalikan dia yang juga berubah lebih baik. Seandainya Allah ga mengembalikan dia ke lo bukan berarti dia ga baik. Dia cuma ga pantes buat lo. Bukan berarti dia jahat. Dia gamau balikan sama lo bukan berarti dia ga pernah sayang sama lo. Mungkin dia mau lo lanjutin hidup lo tanpa dia. Dia pasti punya alesan cuma lo belum paham aja, jadi pasti menurut dia ini yang terbaik untuk kalian walaupun memang sakit buat lo. Insyaallah lama-lama lo akan terbiasa.

Kalau lu udah punya kehidupan yang baru setelah berpindah, bukan berarti lo putus silahturahmi dengan mantan lo. Menjalin hubungan baik dengan mantan bukan berarti berhubungan seperti dulu. Ga akan ada 'selamat pagi', ga akan ada 'udah makan?' dan ga akan ada jalan bareng berdua lagi. Menjalin hubungan baik itu maksudnya menjaga nama baik mantan, ga saling menjelekan satu sama lain. Seiring waktu insyaallah silahturahmi yang sempat terputus bisa terjalin lagi dengan cerita yang berbeda. Yang bisa lo lakuin cuma jalani dan memantaskan diri.

Saran super gue adalah berdoa. Doain dia, masukan namanya dalam setiap hembus doa yang keluar dari bibir lo selesai sholat. Bukan berdoa supaya Allah membuka pintu hatinya untuk balik sama lo, tapi berdoa demi kebaikan dia, semoga dia selalu dilindungi Allah, selalu sehat, dilancarkan urusannya dan semoga dia bahagia. Sebut namanya di setiap doa, maka Allah akan mendekatkan dia kembali jika dia memang jodoh lo, tapi jika dia bukan jodoh lo, percayalah lama-kelamaan namanya akan hilang dengan sendirinya dari dalam doa lo. Masih dalam tingkat sotau yang maksimal, gue menyarankan lo perluas pergaulan biar banyak ketemu orang baru, ga di lingkaran itu-itu aja, jadi kesannya hidup lo ga mentok di orang-orang itu aja salah satunya mantan.

Melalui tulisan ini gue merasa so wise, mungkin perasaan gue saja atau mungkin karena gue sudah berpindah. Goodluck! :)

Selasa, 07 Januari 2014

Keras Kepala


Orang yang suka mendengarkan diberi nama penurut, sedangkan yang lebih suka didengar diberi nama keras kepala. Ada awalan me- dan di- dalam kata dengar, dimana awalan di- bersifat pasif dan awalan me- bersifat aktif. Pada tingkat sok tau yang maksimal, gue berpendapat bahwa si penurut bersifat aktif  mendengar, sedangkan si keras kepala bersifat pasif dan tidak gencar memperhatikan perkataan orang lain, cenderung cuek dan hanya percaya dengan pendapatnya sendiri. Penghargaan diri si keras kepala terlalu tinggi sehingga sulit menghargai orang lain. Si keras kepala maunya di dengar tanpa mendengarkan, yang paling bener ya Cuma perkataannya aja. LUAR BIASA. Hahahaha. Kalau gue liat di Kamus Besar Bahasa Indonesia arti keras kepala adalah tidak mau menurut nasihat orang; tegar tengkuk; kepala batu. Sementara menurut wikipedia, keras kepala artinya tidak mau nasihat dari orang lain. See? serupalah maksudnya itu. Hahaha.

Pdt. Dr. Paul Gunadi menyatakan bahwa si penurut mempunyai perasaan yang peka sehingga sedikit ketegangan sudah membuatnya tidak nyaman. Untuk meredakan ketidaknyamanan itu, ia memberi respons menurut. Sebaliknya, si keras kepala tidak memiliki kepekaan seperti itu. Ketegangan yang besar sekalipun tidak terlalu mengganggunya, itu sebabnya ia tidak terlalu terdorong untuk meredakan ketidaknyamanannya. Gue tarik kesimpulan kata kunci si keras kepala itu adalah ketidakpekaan. Sialannya itu benar, jauh di lubuk hati gue paling dalam mengiyakan pernyataan si bapak doktor. Jika di sederhanakan kehidupan si keras kepala itu dapat digambarkan seperti ini;

Ani    : aku mau kita putus!

Budi  : aku gamau kita putus disaat seperti ini, pikiran kita sama-sama ga jernih karena sama-sama emosi. Aku takut keputusan yang kita ambil bukan keputusan yang tepat.

Ani   : pokoknya aku mau kita putus!

See?, padahal si Budi bener, tapi si Ani tetep keras kepala minta putus. Menurut dia putus keputusan yang tepat, karena dia ga peka melihat situasi, dia gatau kalo situasinya lagi kacau dan bisa berdampak buruk jika mengambil keputusan kilat. Si Ani bertindak gegabah mengambil keputusan yang dapat membahayakan dirinya sendiri tanpa mendengarkan kata orang lain.

Ani   : aku sakit hati karena kamu mencampakan aku! aku benci kamu!

Budi : loh? Kan kamu yang minta putus.

Ani   : .............

HAHAHAHAA. Yayayaya gue tau lo mau bilang kalo keras kepala sama bodoh itu mirip. Gue setuju. Orang keras kepala itu memang bodoh. Ani hanya memikirkan perasaannya sehingga penghargaannya terhadap perasaan si Budi kurang nyaris ga ada. kalau udah putus gini, masih mau keras kepala? Kalau jawabannya iya berarti lo LUAR BIASA KERAS KEPALA. Gue kasih contoh kasus yang lebih ekstrim misalnya Santi yang berkali-kali dinasehati orang tuanya agar berpacaran yang wajar tapi merasa sudah dewasa sehingga tau mana yang baik dan mana yang buruk. Merasa sok tau kalau setiap situasi itu selalu sama, selalu bisa dikontrol. Alhasil bisa jadi hamil. Nah lo, kalo udah hamil masih mau keras kepala?. Lo yang awalnya Cuma mikirin diri sendiri mau gamau harus libatin orang tua lo, mau ga mau lo harus mikirin perasaan mereka. Belum lagi sekarang lo harus mikirin anak dalam perut lo. Gue jamin pasti terlintas diotak lo kenapa dulu lo ga dengerin kata mereka yang peduli sama lo, terbesit keinginan untuk menggal kepala lo yang luar biasa keras itu.

Hebs, ga selamanya kita bisa keras kepala. Mungkin waktu kecil lo terbiasa didengar, mungkin waktu kecil setiap keinginan lo dituruti, lo terbiasa manja sehingga lama-lama lo tumbuh jadi manusia yang keras kepala.  Tapi setelah dewasa, tanggung jawab lo makin gede. Orang tua lo gamungkin lagi manjain lo, mereka gamungkin lagi nanggung akibat keras kepala lo. Lo udah punya lingkungan sendiri. Lo ga mungkin bisa hidup sendirian. Saran gue, selaraskan kehidupan lo dengan orang lain. Lunakan kepala lo, belajar peka dan belajar menghargai orang lain. Dengarkan nasehat orang lain, pikirkan dua kali untuk itu. Jika memang baik, kenapa lo gamau berkorban demi orang-orang yang lo sayang, demi orang-orang yang peduli sama lo. Pikirkan dua kali. Untuk segala yang hilang akibat keras kepala lo, terlanjur hamil atau terlanjur putus, ga ada gunanya lo ratapi. Jadiin bahan belajar. Lo harus melanjutkan hidup lo, tukar hidup lo dengan sesuatu yang baru, berpegangan dengan sesuatu yang ga pernah lo punya, walaupun linking park bilang the hardest part of ending is starting again.
Goodluck :)