Orang yang suka mendengarkan diberi nama penurut, sedangkan
yang lebih suka didengar diberi nama keras kepala. Ada awalan me- dan di- dalam
kata dengar, dimana awalan di- bersifat pasif dan awalan me- bersifat aktif. Pada
tingkat sok tau yang maksimal, gue berpendapat bahwa si penurut bersifat
aktif mendengar, sedangkan si keras
kepala bersifat pasif dan tidak gencar memperhatikan perkataan orang lain,
cenderung cuek dan hanya percaya dengan pendapatnya sendiri. Penghargaan diri
si keras kepala terlalu tinggi sehingga sulit menghargai orang lain. Si keras
kepala maunya di dengar tanpa mendengarkan, yang paling bener ya Cuma perkataannya
aja. LUAR BIASA. Hahahaha. Kalau gue liat di Kamus Besar Bahasa Indonesia arti
keras kepala adalah tidak mau menurut nasihat orang; tegar tengkuk; kepala
batu. Sementara menurut wikipedia, keras kepala artinya tidak mau nasihat dari
orang lain. See? serupalah maksudnya itu. Hahaha.
Pdt. Dr. Paul Gunadi menyatakan bahwa si penurut mempunyai
perasaan yang peka sehingga sedikit ketegangan sudah membuatnya tidak nyaman.
Untuk meredakan ketidaknyamanan itu, ia memberi respons menurut. Sebaliknya, si
keras kepala tidak memiliki kepekaan seperti itu. Ketegangan yang besar sekalipun
tidak terlalu mengganggunya, itu sebabnya ia tidak terlalu terdorong untuk
meredakan ketidaknyamanannya. Gue tarik kesimpulan kata kunci si keras kepala
itu adalah ketidakpekaan. Sialannya itu benar, jauh di lubuk hati gue paling
dalam mengiyakan pernyataan si bapak doktor. Jika di sederhanakan kehidupan si
keras kepala itu dapat digambarkan seperti ini;
Ani : aku mau kita putus!
Budi : aku gamau kita putus disaat seperti ini, pikiran kita
sama-sama ga jernih karena sama-sama emosi. Aku takut keputusan yang kita ambil
bukan keputusan yang tepat.
Ani : pokoknya aku mau kita putus!
See?, padahal si Budi bener, tapi si Ani tetep keras kepala
minta putus. Menurut dia putus keputusan yang tepat, karena dia ga peka melihat
situasi, dia gatau kalo situasinya lagi kacau dan bisa berdampak buruk jika mengambil
keputusan kilat. Si Ani bertindak gegabah mengambil keputusan yang dapat
membahayakan dirinya sendiri tanpa mendengarkan kata orang lain.
Ani : aku sakit hati karena kamu mencampakan aku! aku benci
kamu!
Budi : loh? Kan kamu yang minta putus.
Ani : .............
HAHAHAHAA. Yayayaya gue tau lo mau bilang kalo keras kepala
sama bodoh itu mirip. Gue setuju. Orang keras kepala itu memang bodoh. Ani
hanya memikirkan perasaannya sehingga penghargaannya terhadap perasaan si Budi
kurang nyaris ga ada. kalau udah putus gini, masih mau keras kepala? Kalau jawabannya
iya berarti lo LUAR BIASA KERAS KEPALA. Gue kasih contoh kasus yang lebih
ekstrim misalnya Santi yang berkali-kali dinasehati orang tuanya agar
berpacaran yang wajar tapi merasa sudah dewasa sehingga tau mana yang baik dan
mana yang buruk. Merasa sok tau kalau setiap situasi itu selalu sama, selalu
bisa dikontrol. Alhasil bisa jadi hamil. Nah lo, kalo udah hamil masih mau
keras kepala?. Lo yang awalnya Cuma mikirin diri sendiri mau gamau harus
libatin orang tua lo, mau ga mau lo harus mikirin perasaan mereka. Belum lagi
sekarang lo harus mikirin anak dalam perut lo. Gue jamin pasti terlintas diotak
lo kenapa dulu lo ga dengerin kata mereka yang peduli sama lo, terbesit
keinginan untuk menggal kepala lo yang luar biasa keras itu.
Hebs, ga selamanya kita bisa keras kepala. Mungkin waktu
kecil lo terbiasa didengar, mungkin waktu kecil setiap keinginan lo dituruti,
lo terbiasa manja sehingga lama-lama lo tumbuh jadi manusia yang keras kepala. Tapi setelah dewasa, tanggung jawab lo makin
gede. Orang tua lo gamungkin lagi manjain lo, mereka gamungkin lagi nanggung
akibat keras kepala lo. Lo udah punya lingkungan sendiri. Lo ga mungkin bisa
hidup sendirian. Saran gue, selaraskan kehidupan lo dengan orang lain. Lunakan kepala
lo, belajar peka dan belajar menghargai orang lain. Dengarkan nasehat orang
lain, pikirkan dua kali untuk itu. Jika memang baik, kenapa lo gamau berkorban
demi orang-orang yang lo sayang, demi orang-orang yang peduli sama lo. Pikirkan
dua kali. Untuk segala yang hilang akibat keras kepala lo, terlanjur hamil atau
terlanjur putus, ga ada gunanya lo ratapi. Jadiin bahan belajar. Lo harus
melanjutkan hidup lo, tukar hidup lo dengan sesuatu yang baru, berpegangan
dengan sesuatu yang ga pernah lo punya, walaupun linking park bilang the hardest part of ending is starting
again.
Goodluck :)