Minggu, 07 Desember 2014

CINTADOMETER

Lelah menjadi pegawai membuat gue berpikiran “setelah menjalani hari minggu dengan tidur panjang, membuat hari senin menjadi terasa agak berat”. Selingan mengatasi jenuh, gue bbman dengan salah seorang sahabat.

R : hujan di Bandung, just memories...
D: keingetan mantan?
R: tapi bener sih kali ini gue jujur jadi takut memulai sesuatu yang baru
D: apa tuh namanya? Trauma?
R: I dont know. Hahahaa

Tawa tadi hanya kamuflase bahwa sejatinya doi rapuh, buat doi mencintai seseorang yang baru tidak akan pernah bisa sama dengan cintanya dulu. Tapi buat gue itu alami, karena ternyata cinta ga pernah bisa ditakar. Tidak seperti kandungan Tar atau Nikotin dalam rokok lo, cinta tidak bisa lo kaliin dua atau tiga. Cinta tidak punya standar interval yang bisa jadi indikator cinta lo dalem atau sekedarnya.

Perkara lo ga berani memulai sesuatu yang baru bukan karena cinta lo yang begitu dalam atau mantan lo yang begitu hebat. Sebaliknya, saat lo terpuruk melihat mantan lo dengan sebelah kaki mampu perpindah kelain hati, gue jamin bukan karena cintanya sedikit atau pacar barunya lebih hebat daripada lo. Pacar baru doi dokter, cantik dan anak pejabat bukan indikasi dia lebih hebat dari pada lo. Satu hal yang gue pahami, saat Marquez berhasil menikung Rossi di Misano World bukan berarti Marquez lebih hebat, karena ternyata di Philip Island, Rossi berhasil mengalahkan Marquez. Itulah sebabnya postingan temen gue yang bertuliskan “DIBALIK MOVE ON YANG LAMBAT, TERDAPAT MANTAN YANG HEBAT DAN DIBALIK MOVE ON YANG CEPAT, TERDAPAT ORANG LAIN YANG LEBIH HEBAT” menjadi kalimat yang lucu.

Ani: gimana lo sama pacar lo?
Sinta: gue pernah mencinta lebih baik dari pada ini.
Ani: lalu?
Sinta: dia mampu mempertahankan gue.

Terkesan jahat? Mungkin iya. Tapi tidak buruk. Bukan berarti Sinta mempermainkan pasangannya, bukan berarti doi Cuma memanfaatkan pasangannya. Karena ternyata cinta bukan satu-satunya alasan menjalin hubungan. Bisa jadi ‘kemampuan mempertahankan pasangan’ menjadi sebuah alasan berpacaran. Anggap saja cinta adalah suatu alasan berpacaran, maka sekalipun muncul sejuta alasan lain untuk putus semisalnya selingkuh, tertangkap polisi, mendadak miskin, atau alasan-alasan lain yang tak terhingga, hubungan lo tetep aman. Gue gabegitu jago dalam  matematika, tapi yang gue tau: 1/∞=0, satu (cinta) dibagi tak hingga (alasan putus) sama dengan NOL. Satu-satunya alasan lo putus adalah saat lo berhenti mencintai. Kemudian perkara alasan kemampuan mempertahankan tadi, munurut gue peluangnya sama: 1/∞=0, satu (kemampuan mempertahankan) dibagi tak hingga (alasan putus) sama dengan NOL. Satu satunya kemungkinan lo putus adalah saat pasangan lo berhenti mempertahankan. Berpacaran cuma persoalan antara lo atau pasangan lo, persoalan antara mencintai atau dipertahankan. Itulah sebabnya keputusan Sinta tadi dianggap sah-sah aja.

GOODLUCK! :)