Senin, 08 Juni 2015

Luka Itu Telah Pulih

beberapa hari yang lalu adek kesayangan gue kecelakaan motor, dengan lecet di sekujur tubuh dia bertanya "nanti lukanya bakalan bekas ga kak?", sejenak gue terdiam, kemudian teringat akan salah satu kalimat yang diucapkan seorang ninja dari desa Sunagakure bernama Gara dalam komik Naruto yang pernah gue baca dulu sewaktu duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, "luka separah apapun akan sembuh dengan sendirinya seiring dengan waktu". seuntai kalimat yang terpatri dalam otak gue sekian tahun lamanya.

tersadar bahwa gue juga pernah memiliki luka, sebuah luka yang membuat gue berpikir bahwa setiap luka akan sembuh, namun pasti meninggalkan bekas. teringat akan sebuah alasan ketika kekasih lama gue memutuskan untuk berpisah "dari pada menahan sakit yang sedikit namun berkepanjangan, lebih baik operasi sekalian tapi sakitnya hilang", ya operasi itu menyembuhkan sakit bagi doi, namun menimbulkan luka  operasi bagi gue. luka yang gue pikir akan meninggalkan bekas seumur hidup. luka yang tidak ingin gue usik karena takut jahitannya kembali terbuka dan perih. luka yang membuat gue kehilangan keyakinan untuk mencoba menjalin hubungan kembali.

gue pejamkan mata, mencoba mengamati luka yang entah di bagian mana, mencoba mencari rasa sakit yang tersisa, dan gue tak menemukan bekas apapun. ya, bekasnya sudah hilang. bekas yang mungkin membuat gue naik pitam ketika tau bahwa whatsapp gue di block, atau bekas yang mungkin membuat gue terbang melayang ketika dia kembali menghubungi gue. yaa luka itu telah pulih.

tanpa gue sadari, sang waktu telah menjalankan tugas sebagaimana mestinya, waktu telah menyembuhkan luka. cinta yang tulus dari kekasih gue yang baru banyak membantu dalam pemulihan. kini gue mampu dengan yakin berkata bahwa setiap luka akan pulih, termasuk luka di tangan adek gue dan luka di hati gue, yaa luka itu telah pulih.

Senin, 01 Juni 2015

NASIHAT BAPAK

Anakku,

1. Hanya orang2 yg suka ber-lebih2anlah yg punya sepatu/sandal mahal, apalagi malah mengkoleksinya. karena ketahuilah, saat kalian sedang ramai berpesta, berlalu-lalang di mall, di lobby2 gedung, kurang dari 1% orang yg sempat melirik kaki kalian. coba buktikan datang ke sebuah acara ramai. bahkan tdk ada yg nyadar kalau engkau datang cuma nyeker. Dan hanya orang2 yg super keterlaluan berlebih2anlah yg membeli jam tangan mahal, karena sungguh, semahal apapun jam miliknya, jarum jam tangannya tidak akan bergerak lebih cepat atau lebih lambat dibanding siapapun

2. Bahkan motivator paling ulung, group band paling ngetop, orator kelas berat, pernah (dan lumrah saja masih sering) grogi saat tampil di depan umum. bapak mu bahkan selalu gugup saat bicara di depan umum, jadi santai sajalah, tdk usah cemas. jgn lupa baca bismillah.

3. Hidup ini adalah ujian. kenapa begitu? karena meski kita semua tahu ujian itu berat dan menyebalkan. orang2 tetap saja sibuk membuat UTS, UAS, ujian nasional, ujian semesteran-an, ujian les, dan sebagainya.

4. Kalau kau ingin mengenali karakter orang dgn cepat dan tepat, perhatikan saja saat ada kejadian yg membuat panik, kaget, atau menakutkan tiba2. dengarkanlah kata yg diucapkannya. perhatikanlah ekspresi wajahnya.

5. Kalau kau ingin tahu seberapa taat seseorang dgn sunnah Rasul. maka perhatikan ketika ia berwudhu. seberapa besar ia membuka keran air.

6. Anakku, salah-satu syarat mutlak agar kau bahagia adalah: kau bahagia dan (memang) berbahagia melihat orang lain (teman, saudara, bahkan musuh) hidup lebih beruntung.

7. Cinta sejati tdk pernah datang dari satu-dua kejadian. satu-dua kalimat. cinta sejati adalah konsistensi dan komitmen panjang. dan kau tahu, sayang. ibu adalah cinta sejati-mu (maka berhentilah meng-gombal-i anak gadis orang).

8. Kelak jika kau sudah besar, kau boleh saja tdk suka, melawan, atau bahkan bertengkar dengan bapak, nak. tapi jangan sekali-kali. jangan pernah sekali2 kau bilang ‘ah’ pada ibu-mu.

9. Jangan habiskan waktu untuk berdebat, sedikitlah bicara. ah iya, karena besok saat kau besar dunia sudah banyak berubah, jgn habiskan waktumu utk ‘menulis’ mendebat sesuatu.

10. Jangan pernah bingung karena kau harus memilih. karena di luar sana banyak orang yg hanya punya satu pilihan. dan lebih banyak lagi yang bahkan satu pun tdk mempunyai pilihan.

11. Jatuh cinta dgn someone special itu binatang apa? percayalah, meski seluruh perasaan cinta seperti ini diambil di muka bumi, dunia tetap baik2 saja (apalagi kau yg sedang patah-hati)… akan tetapi satu saja cinta seorang ibu kepada anaknya diambil, maka seperti rusak sudahlah seluruh kehidupan.

12. Jangan pernah takut melakukan sesuatu. kalaupun gagal, kau bisa mengulanginya lagi… lagi… dan lagi… Abraham Lincoln bahkan 8x gagal mencalonkan diri. kau tahu siapa dia? Bapak juga tidak kenal dekat dengan dia.

13. Ingatlah, ‘pertanyaan yg baik’ selalu lebih baik dibandingkan ‘jawaban yg sempurna’. mendengarkan selalu lebih baik daripada buncah bicara. sayangnya, ketika kau dewasa kelak, semakin banyak saja orang yg suka bernarsis ria dengan ‘kata-kata’, dan selalu merasa bisa memberikan ‘jawaban yg sempurna’.

14. Jangan pernah bersedih kalau kau tidak pintar bicara. hargailah pendapat orang lain, bahkan bila kau benci sekali dgn pendapatnya, dan pendapatnya keliru. ini akan membedakan seberapa dewasa kau menghadapi liberalisme, demokrasi, dan kata canggih lainnya di masa2 kelak.

15. Hal yg paling menyedihkan adalah ketika kau ‘menjilat’ dgn seseorang (entah itu atasan, senior, pemilik, penguasa atau sesuatu yg berkepentingan)… dan sebaliknya kau justeru ‘aniaya’ dgn orang lain (entah itu bawahan, yunior, atau orang sederajat dgn dirimu).

16. Kalau kau ingin kaya, jadilah pedagang… jgn pernah jadi PNS, pejabat, guru, hakim, polisi, dsbgnya… itu tdk akan pernah membuat kau kaya… kalau kau ingin hidup tenteram, tenang, maka jadilah petani (sebenar2nya petani)

17. Berpetualanglah melihat dunia… meski hanya ke kampung sebelah, meski sempat ke kota sekitaran, itu sudah awal yg baik untuk mengenal kehidupan orang lain… dgn berpetualang, kau akan semakin dewasa.. dan jelas, bapak tdk bisa menceritakan lbh banyak soal dataran tibet sana dibanding kau melihatnya sendiri

*Tere Liye